RITUAL WAJAH SANG PENSIUNAN
Dear Diary,
Saban hari sehabis bangun tidur, kamu tahu kan aku selalu buru2 buang air kecil sambil cuci muka dr sebagian air kecil yg keluar.
5 menit kemudian setelah kuraba pipiku sudah mengering dr air kencing, baru aku mandi dan ambil air wudhu.
Ritual yg kujalani sejak umur 17 tahun itu slalu kulakukan, kecuali bila aku habis makan jengkol atau pete, krn baunya akan lama mengendap diwajahku, dan.....kalau dapat menstruasi.
Itu saatnya aku berhenti mencuci wajah pakai air kencing.
Dear Diary,
Dulu pertama kali raup wajah dgn air kencing aku sempat muntah krn bekas air kencingnya terjilat lidahku. Hoekk...aku sempat berhenti melakukannya sampai rasa mualku tidak ada lagi.
Dengan melakukan itu, alhamdulilah, saat teman2ku pusing memikirkan obat jerawat, aku sih tenang2 saja.
Kadang kalau kulihat ada ketimun, tomat atau buah2an lainnya, aku suka iseng mengoleskan kewajahku.
Dulu mana tahu kalau itu namanya masker wajah.
Aku cuma tahu bahwa memakai air kencing, atau buah2an bisa membuat wajah mulus dan menghindari keriput.
Aku ingat pesan almarhum nenek buyut dr ayahku yg kebetulan paranormal, bahwa air kencing itu bisa menghindari pelet dan santet.
Wallahualam kalau soal itu, tapi kl buat wajah mulus tanpa jerawat sudah terbukti memang.
Untuk bedakpun aku masih ingat jaman dulu saat membuat bedak sendiri.
Maaf, bukannya aku dan ibuku penggemar budaya tradisionil, tapi krn dulu kami tak mampu membeli bedak yg saat itu sedang trend, bahkan walau cuma sekedar untuk membeli bedak merk Viva, bedak yg sedang trend dan harganya cukup murah.
Ayah sebagai pegawai BNI cuma supir.
Dengan gaji yg biasa2 saja, namun seperti biasanya suku sunda selalu banyak saudara sekampung yg dianggap dan menganggap dirinya BARAYA atau keluarga dan menumpang hidup dan tinggal dirumah dg gratis.
Jadilah aku, sang gadis sulung yg ingin memakai bedak spt gadis2 lainnya harus bersusah payah membuat bedak sendiri, merendam beras berhari2 dan menumbuknya.
Dear Diary,
Sekarang, 48 tahun kemudian aku bisa memakai bedak tanpa harus membuatnya.
Aku bisa membeli bedak tanpa harus memikirkan harganya lagi.
Hanya saja kebiasaan untuk menggunakan buah2an sbg masker rupanya sudah mendarah daging.
Aku tak tahu rasa alpokat atau ketimun, selain karena aku tidak doyan kedua buah itu juga krn aku tak pernah sempat memakannya, tapi aku tahu rasa mereka diwajahku.
Pernah saat aku berteman dengan pengguna kosmetik mahal aku ikut2an mereka menggunakan SK 2 atau perawatan make up mahal lainnya.
Yg ada cuma rasa bangga krn mampu membelinya, bayangkan 4.5 juta 1 paket harganya, itu dulu, gengsiku melambung memang, tapi soal kegunaannya terhadap kulitku, aku tak pernah yakin.
Pernah karena tertarik lihat wajah mulus teman2ku, aku diajak Tati Muntoro dan Bunda Andhika ke salon di Prapanca Kebayoran Baru sekedar spa dan masker wajah, sesudahnya, selama seminggu aku menangisi 600 ribu biaya spa wajah yg kukeluarkan.
Aku bayangkan puluhan kg buah2an yg bisa kubeli dg uang 600 ribu.
Saat pensiun ini, sambil menata hidupku kembali kujalani ritual wajah seperti dulu Dear Diary.
Basuh wajah pakai air kencing setiap pagi bangun tidur, pakai masker putih telur dan bedak sari pohaci, kadang ditambah madu atau buah2an yg ada.
Hanya seadanya apa yg ada didapur.
Apakah berhasil?
Keriput?
Tentu saja ada, wong aku sudah 65 tahun.
Tapi aku merasa lebih bersih, lebih putih dan..lebih irit.
Dear Diary, Percayalah !
Komentar
Posting Komentar